Pages

Minggu, 14 Juni 2015

PEKERJAAN, PROFESI DAN PROFESIONALISME





PEKERJAAN, PROFESI DAN PROFESIONALISME

DISUSUN

OLEH:


Herlina Zebua (201211016)



PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMATIKA
AKADEMI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
AMIK IMELDA
MEDAN
2015





BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar belakang
Profesi adalah suatu hal yang harus dibarengi dengan keahlian dan etika. Meskipun sudah ada aturan yang mengatur tentang kode etik profesi, namun seperti kita lihat saat ini masih sangat banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran ataupun penyalah gunaan profesi. Untuk itu penulis akan membahas pengertian dari kode etik profesi dan sanksi atas pelanggaran kode etik profesi.
Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk tujuan tertentu yang dilakukan dengan cara yang baik dan benar. Manusia perlu bekerja untuk mempertahankan hidupnya. Dengan bekerja seseorang akan mendapatkan uang. Uang yang diperoleh dari hasil bekerja tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh sebab itu, uang tersebut harus berasal dari hasil kerja yang halal. Bekerja yang halal adalah bekerja dengan cara-cara yang baik dan benar.
Untuk mencapai sukses dalam bekerja, seseorang harus mampu bersikap profesional. Profesional tidak hanya berarti ahli saja. Namun selain memiliki keahlian juga harus bekerja pada bidang yang sesuai dengan keahlian yasng dimilikinya tersebut. Seorang profesional tidak akan pernah berhenti menekuni bidang keahlian yang dimiliki. Selain itu, seorang profesional juga harus selalu melakukan inovasi serta mengembangkan kemampuan yang dimiliki supaya mampu bersaing untuk tetap menjadi yang terbaik di bidangnya.
2.    Tujuan
            Makalah dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi. Selain itu agar para professional menjalankan profesinya secara baik.




BAB II
PEMBAHASAN
1.    Manusia dan Kebutuhannya
Eksistensi manusia memang tidak ada habis-habisnya menjadi persoalan yang membayang-bayangi fikiran manusia itu sendiri. Penafsiran mengenai unitas dan kompleksitasnya pun menjadi perdebatan yang panjang dan tidak ada titik akhir dari kontradiksi tersebut. Kebutuhan, emosi, tingkah laku serta implus-implus yang melatarbelakangi manusia bergerak sesuai keinginannya pun tentunya sangatlah beragam. Wajar jika manusia memiliki sifat universal, memiliki dimensi keberagaman yang sangat luas. Kebingungan yang menghantui fikiran manusia akan dirinya sendirinya pun semakin sulit untuk diterka, dan itulah manusia.
Daripada pembahasan kita terjebak di lorong yang gelap karna sulit untuk menemukan titik terang dari pembahasan eksistensi manusia, alngkah baiknya jika kita mengawali proses pada pembahasan kali ini tentang hal-hal yang berkaitan erat bagaimana manusia itu melakukan hal-hal yang ia inginkan, karena apa yang melatarbelakangi mereka bertingkahlaku adalah sebuah miniature daripada eksistensi manusia itu sendiri.
Pendapat yang dilontarkan dari para filsuf dan psikolog mengenai kebutuhan mendasar manusia pun sangatlah beragam; Sigmund Freud, G. W. Allport, Carl Gustav Jung, Alfred Adler, Kurt Lewin dll, tentunya memiliki filosofi berpikir dan background keilmuan yang berbeda-beda. Maka bagi saya dalam memahami ilmu psikologi itu merupakan ilmu seni yang berupaya untuk mencari titik koordinat yang sama dari pemikiran yang berbeda.
Berawal dari pemikiran Kurt Lewin, ia adalah seseorang yang berasal Polandia. Coretan keilmuan Kurt Lewin ini berawal dari Universitas Frieberg dimana ia bergelut dengan dunia kedokteran. Setelah ia melenyelesaikan studi tentang ilmu kedokteran, Dia pindah ke Universitas Munich untuk belajar biologi. Maka tak heran ketika ia mencoba mencetuskan teori tentang segala sesuatu yang melatarbelakangi manusia melakukan kebutuhannya, ia cenderung menggunakan disiplin ilmu biologi, sama halnya ketika perkembangan yang ada di dalam diri manusia merupakan sesuatu yang tidak lepas dari gejala biologis.
Karena keilmuan Kurt Lewin ini sebagian besar pengetahuannya tentang konsep-konsep ilmu Biologi, maka tak heran ketika Lewin menjelaskan tentang perihal dinamika kepribadian seseorang, ia cenderung menggunakan pendekatan IPA ( ilmu pengetahuan alam ), yaitu meliputi energy, tension, need, valence, dan force (vektor).
Bagi Lewin, energy ini muncul ketika seseorang akan melakukan gerak, namun dalam istilah Psikologi energy ini lebih dikenal dengan energy psikis.
Tension, bagi Lewin tension dalam ilmu pengetahuan alam (IPA) diartikan sebagai suatu tegangan yang bekerja. Tetapi ketika Lewin mengaitkannya pada ilmu Psikologi, ia mengartikan bahwa tension merupakan suatu keadaan pribadi tertentu. Contohnya ketika orang menghadapi masalah tertentu, dan tentunya ia akan berfikir, mencari solusi dan membuat strategi serta taktik yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Ketika manusia memusatkan tenaga serta pikirannya untuk mencari sebuah solusi, seseorang tersebut mengalami tegangan (tension) pada salah satu system tertentu. Tegangan itu terjadi guna menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya. Untuk mengurangi tegangan yang terjadi orang tersebut melakukan proses berfikir. Ketika didapatkan suatu solusi dan pemecahan masalah, energy dan tegangan merata sehingga pribadi orang tersebut kembali seimbang. Dengan demikian ketika salah satu dari system yang berada dalam diri seseorang mengalami tegangan, maka system yang lain cenderung menyeimbangkan dengan system yang tegang tadi.
Need, diartikan sebagai keadaan tertentu yang mengalami tegangan ( tension ) yang kekuatannya meningkat. Keadaan kebutuhan ( need ) yang dapat meningkatkan tension. Kebutuhan ( need ) ini mencakup aspek pemenuhan akan kebutuhan fisik contohnya ketika seseorang lapar ketika perutnya kosong. Keadaan seperti ini merupakan kebutuhan fisiologis orang yang bersangkutan. Dengan kata lain seseorang membutuhkan makanan ketika ia merasakan lapar.
Valence, Lewin memberikan pengertian valence ialah sesuatu yang bertugas memberikan arah gerakan dalam lingkungan psikologis yang terdapat di dalam setiap pribadi seseorang. Lebih jelasnya Lewin menyatakan bahwa valence tidak memberikan dorongan pribadi untuk dapat bergerak dalam lingkungan psikologis, tetapi hanya sebatas memberikan arah gerakan dalam lingkungan psikologis.
Force ( vector ) di atas telah disinggung bahwa valence bertugas untuk memberikan arah geraakan yang terdapat didalam diri seseorang. Sedangkan yang bertugas yang mendorong suatu gerakan dalam lingkungan psikologis ialah force. Dalam ilmu pengetahuan alam (IPA), suatu gerakan dapat terjadi ketika terdapat suatu kekuatan yang cukup besar sehingga benda tersebut bergerak. Demikian pula dalam ilmu Psikologi, gerakan yang terjadi didalam diri seseorang terjadi ketika terdapat kekuatan yang cukup besar yang mendorong pribadi untuk melakukan gerakan. Selanjutnya kekuatan-kekuatan tersebut berkoordinasi dengan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia, sehingga terjadinya suatu pergerakan transisif yang dialami oleh pribadi.
Locomotion (gerakan) Lewin menggambarkan sebuah contoh nyata dari locomotion ini yang tentunya ditinjau menggunakan kaca mata Psikologi, misalnya ketika seseorang berjalan melintasi mall dan melihat baju yang sangat bagus. Setelah melihat baju yang sangat bagus tersebut, seseorang tersebut berkeinginan untuk bisa memilikinya. Dalam peristiwa tersebut Lewin menjelaskan bahwa adanya suatu kebutuhan yang sifatnya primer, dengan demikian seseorang tersebut akan mengalami tegangan akan kebutuhannya tersebut sehingga nantinya termanifestasi oleh prilaku ingin memiliki baju tersebut.
Jadi, manusia tidak akan lepas dari segala aspek yang melatarbelakangi akan kebutuhan fisiologisnya. Tergantung bagaimana kita mengontrol prilaku, serta diri kita sendiri. Bagaimana pun juga kebutuhan-kebutuhan akan pemenuhan fisiologisnya merupakan miniature kecil dari keadaan kepribadian, mental serta watak seseorang, dan itu mempunyai kaitan tertentu akan eksistensi manusia.

2.    Pekerjaan dan Profesi
Pekerjaan yaitu sebuah aktifitas antar manusia untuk saling memenuhi kebutuhan dengan tujuan tertentu, dalam hal ini pendapatan atau penghasilan. Penghasilan tersebut yang nantinya akan digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan, baik ekonomi, psikis maupun biologis.

Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi. Disini saya akan langsung menjelaskan contoh perbedaan pengertian pekerjaan dan profesi.

Profesi merupakan bagian dari pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan adalah profesi. Sebagai contoh, pekerjaan staff administrasi tidak masuk dalam golongan profesi karena untuk bekerja sebagai staff administrasi seseorang bisa berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, pengetahuan dan pengalaman, sedangkan akuntan merupakan profesi karena seseorang yang bekerja sebagai akuntan haruslah berpendidikan akuntansi dan memiliki pengalaman kerja beberapa tahun di kantor akuntan.

Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris “Profess”, yang bermakna Janji untuk memenuhi kewajiban melakuakn suatu tugas khusus secara tetap/permanen. Profesi sendiri memiliki arti sebuah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan dan keahlian khusus.

Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang berkaitan dengan bidang tertentu banyak orang yang bekerja tetapi belum tentu dikatakan memiliki profesi yang sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup untuk menyatakan suatu pekerjaan dapat disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teknik intelektual yang merupakan hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek.atau jenis pekerjaan (occupation) yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian.

Disini dijelaskan lagi pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh masyarakat awam adalah sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi. Profesi memiliki mekanisme serta aturan yang harus  dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit seperti itu. Hal inilah yang harus diluruskan di masyarakat, karena hampir semua orang menganggap bahwa pekerjaan dan profesi adalah sama.

Perbedaan Profesi dan Pekerjaan
Profesi:
a. Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.
b. Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).
c. Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.
d. Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.
Pekerjaan:
 a. Tidak membutuhkan latar belakang pendidikan.
 b. Tidak membutuhkan pengetahuan dan pengalaman

Kode Etik Profesi
Kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh sekelompok profesi, yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu profesi itu dimata masyarakat. Apabila anggota kelompok profesi itu menyimpang dari kode etiknya, maka kelompok profesi itu akan tercemar di mata masyarakat. Oleh karena itu, kelompok profesi harus mencoba menyelesaikan berdasarkan kekuasaannya sendiri. Kode etik profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan berdasarkan penerapan pemikiran etis atas suatu profesi. Kode etik profesi dapat berubah dan diubah seiring perkembangan zaman. Kode etik profesi merupakan pengaturan diri profesi yang bersangkutan, dan ini perwujudan nilai moral yang hakiki, yang tidak dipaksakan dari luar. Kode etik profesi hanya berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam lingkungan profesi itu sendiri. Setiap kode etik profesi selalu dibuat tertulis yang tersusun secara rapi, lengkap, tanpa catatan, dalam bahasa yang baik, sehingga menarik perhatian dan menyenangkan pembacanya.

3. Profesi dan Professional
Profesi berasal dari bahasa latin yakni "Proffesio" yang mempunyai dua arti yaitu janji/ikrar dan pekerjaan.

Dalam arti luas, profesi berarti kegiatan "apa saja" dan "siapa saja" untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Dalam arti sempit, profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik.

Sedangkan profesional merupakan orang yang mempunyai profesi.
Menurut DE GEORGE, pengertian Profesi dan Profesional, didefinisikan sebagai berikut:
PROFESI adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
PROFESIONAL adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang.

Sedangkan Ciri-ciri antara Profesi dan Profesional adalah:
PROFESI :
1.    Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2.    Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3.    Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4.    Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5.    Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.


PROFESIONAL:
1.    Selalu Fokus
2.    Kode etik
3.    Apa yang dilakukannya berhasil

Mempunyai semua yang dimiliki oleh seorang Profesional, di antaranya:
-       Senang meyelami sebuah proses, selalu memeriksa dan mengetahui apa yang diperlukan dan yang diinginkannya, tidak membiarkan kesalahan berlalu, selalu berpikiran positif, dsb.
-       Visi dan misi
-       Excelent (mengutamakan) dan profesional (hasil)
-       Mempunyai hati yang mau diajar (tidak sombong)

Profesi melingkupi beberapa bidang, yaitu profesi di bidang ekonomi, bisnis, IT, dll. Contoh Profesi di bidang IT, misalnya Konsultan IT, Programmer/developmer, System Analyst, Database Administrator, Staff IT, graphic designer dan masih banyak lagi.

Perbedaan Profesi dan Profesional
Profesi:
-       Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.
-       Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).
-       Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.
-       Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.

Profesional:
-       Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya.
-       Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu.
-       Hidup dari situ.
-       Bangga akan pekerjaannya.

Dengan melihat penjelasan dan penjabaran tentang profesi dan profesional di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kaum profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur perilaku yang berada di atas rata-rata. Di satu pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat berat, tetapi di lain pihak ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku yang baik dalam rangka kepentingan masyarakat. Seandainya semua bidang kehidupan dan bidang kegiatan menerapkan suatu standar profesional yang tinggi, bisa diharapkan akan tercipta suatu kualitas masyarakat yang semakin baik.

4. Mengukur Professionalisme
Sebelum mengukur profesionalisme, harus dipahami terlebih dahulu bahwa profesionalisme diperoleh melalui suatu proses. Proses tersebut dikenal dengan istilah proses profesional. Proses profesional atau profesionalisasi adalah proses evolusi yang menggunakan pendekatan organisasi dan sistematis untuk mengembangkan profesi ke arah status profesional.
Untuk mengukur sebuah profesionalisme, tentunya perlu diketahui terlebih dahulu standar profesional. Secara teoritis menurut Gilley Dan England (1989), standar profesional dapat diketahui dengan empat perspektif pendekatan, yaitu :
1.    Pendekatan berorientasi filosofis
Ada 3 hal pokok yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat profesionalisme:
a.    Pendekatan lambang professional
Lambang profesional yang dimaksud antara lain seperti sertifikat, lisensi, dan akreditasi.
b.    Pendekatan sikap individu
Pendekatan ini melihat bahwa layanan individu pemegang profesi diakui oleh umum dan bermanfaat bagi penggunanya
c.    Pendekatan electic
2.    Pendekatan ini melihat bahwa proses profesional dianggap sebagai kesatuan dari kemampuan, hasil kesepakatan dan standar tertentu.
Pendekatan perkembangan bertahap
Orientasi perkembangan menekankan pada enam langkah dalam proses berikut:
a.    Berkumpulnya individu-individu yang memiliki minat yang sama terhadap suatu profesi.
b.    Melakukan identifikasi dan adopsi terhadap ilmu pengetahuan tertentu untuk mendukung profesi yang dijalaninya.
c.    Setelah individu-individu berkumpul, selanjutnya para praktisi akan terorganisasi secara formal pada suatu lembaga yang diakui oleh pemerintah dan masyarakat sebagai sebuah organisasi profesi.
d.    Membuat kesepakatan mengenai persyaratan profesi berdasarkan pengalaman dan kualifikasi tertentu
e.    Menentukan kode etik profesi yang menjadi aturan main dalam menjalankan sebuah profesi yang harus ditaati oleh semua anggota profesi yang bersangkutan
f.     Revisi persyaratan berdasarkan kualifikasi tertentu seperti syarat akademis dan pengalaman melakukan pekerjaan di lapangan
3.    Pendekatan berorientasi karakteristik
Ada delapan karakteristik pengembangan proses profesional yang saling terkait, yaitu:
a.    Kode etik profesi yang merupakan aturan main dalam menjalankan sebuah profesi
b.    Pengetahuan yang terorganisir yang mendukung pelaksanaan sebuah profesi
c.    Keahlian dan kompetensi yang bersifat khusus
d.    Tingkat pendidikan minimal dari sebuah profesi
e.    Sertifikat keahlian yang harus dimiliki sebagai salah satu lambang professional
f.     Proses tertentu sebelum memangku profesi untuk bisa memikul tugas dan tanggung jawab dengan baik
g.    Adanya kesempatan untuk menyebarluaskan dan bertukar ide di antara anggota
h.    Adanya tindakan disiplin dan batasan tertentu jika terjadi malpraktik dan pelanggaran kode etik profesi
4.    Pendekatan berorientasi non-tradisional
Menyatakan bahwa seseorang dalam bidang ilmu tertentu diharapkan mampu melihat dan merumuskan karakteristik yang unik dan kebutuhan sebuah profesi. Dengan pendekatan-pendekatan yang dibahas di atas, dapat disimpulkan bahwa mengukur profesionalisme bukanlah hal yang mudah karena profesionalisme tersebut diperoleh melalui suatu proses profesional, yaitu proses evolusi dalam mengembangkan profesi ke arah status profesional yang diharapkan.



KESIMPULAN
1.  Manusia tidak akan lepas dari segala aspek yang melatarbelakangi akan kebutuhan fisiologisnya. Tergantung bagaimana kita mengontrol prilaku, serta diri kita sendiri. Bagaimana pun juga kebutuhan-kebutuhan akan pemenuhan fisiologisnya merupakan miniature kecil dari keadaan kepribadian, mental serta watak seseorang, dan itu mempunyai kaitan tertentu akan eksistensi manusia.
2.  Dapat disimpulkan bahwa pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh masyarakat awam adalah sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi. Profesi memiliki mekanisme serta aturan yang harus  dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit seperti itu. Hal inilah yang harus diluruskan di masyarakat, karena hampir semua orang menganggap bahwa pekerjaan dan profesi adalah sama.
3.  Kaum profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur perilaku yang berada di atas rata-rata. Di satu pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat berat, tetapi di lain pihak ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku yang baik dalam rangka kepentingan masyarakat. Seandainya semua bidang kehidupan dan bidang kegiatan menerapkan suatu standar profesional yang tinggi, bisa diharapkan akan tercipta suatu kualitas masyarakat yang semakin baik.
4.  Mengukur profesionalisme bukanlah hal yang mudah karena profesionalisme tersebut diperoleh melalui suatu proses profesional, yaitu proses evolusi dalam mengembangkan profesi ke arah status profesional yang diharapkan.